Diverse Melodies: 5 Artists, 5 Songs, and the Stories Behind My Favorites

Diverse Melodies: 5 Artists, 5 Songs, and the Stories Behind My Favorites

Hello, happy people! It’s time to spill the tea on the stories behind five tracks that are like the BFFs of my music collection. Exploring the stories behind our favorite songs can be such a fascinating journey. It allows us to dig deeper into the emotions, experiences, and inspirations that shaped the music we love. Furthermore, by sharing these stories, we not only celebrate the artistry of our favorite artists but also have the chance to connect with others who may resonate with these powerful narratives. So let’s embark on this musical adventure together and uncover the beauty and meaning within each song.

Telenovia by Reality Club

I was first introduced to this tune back in 2020 at an online event hosted by Authenticity ID. The strings and bass line immediately grabbed my attention and swayed me in. But you know what really sets this song apart? The unexpected Spanish conversation between two individuals in the middle of the track. As I dig deeper into the full song, the guitar and bass combination at the beginning, along with the consistent drum line, truly win my heart. I could say that every element of this song is pleasant. Each listen reveals something new and thrilling, making it a truly enriching experience.

As Telenovia by Reality Club played through my headphones, the enchanting strings and bassline whisked me away to a world of musical delight. This song, with its Spanish dialogue and intricate instrumentation, became a soundtrack to my quiet moments of introspection. This also gave me goosebumps while I watched it live. I can remember I screamed out loud the first time I watched them live because I felt the excitement busted out of my heart.

Heart’s Desire by Coldiac

To celebrate their 20th anniversary in 2019, Mocca threw a legendary bash and roped in some cool Indonesian artists to sing their hits in an album titled You And Me Against The World: A Tribute To Mocca. Guess who was in the mix? Coldiac, a band from Malang, East Java! Fast forward to early 2020, and Mocca was hosting these epic virtual hangouts every week, bringing in their collaborators one by one.

When it was Coldiac’s turn, they talked about their latest EP, No Make Up, which was released in 2019. They dished out the juicy stories behind each track, and when they got to “Heart’s Desire,” well, things got interesting. Apparently, it’s got some sneaky references to the “Woman on Top” position. Curiosity piqued, I gave it a spin, and BOOM! That bass line intro hit me like Cupid’s arrow. I swear, it felt like that funky groove had magical healing powers throwing away my troubles and scattering them to the wind. Entirely charmed, I found myself sucked into the song’s attractive mix of the bass beats and scandalous lyrics. The bass line gave thrills to my arms.

This song brought me to discover more about Coldiac’s songs. I found out people who listen to Reality Club also listen to Coldiac. Are you one of them?

Futures by PREP

The first time I listened to “Futures” EP was a coincidence moment, as it randomly appeared as a recommendation on my YouTube home page. Despite “Cheapest Flight” earning significant attention, it was the less famous track “Futures” that truly charmed me. The introspective lyrics resonated deeply with me, creating an emotional connection that I found hugely moving. This experience marked the beginning of a musical journey through PREP’s discography, as I eagerly sought out their other songs in search of a musical experience. The way the melodies interlinked with the pathetic lyrics in “Futures” sparked a curiosity that led me to explore and appreciate the artistry of this talented band. My two other favorites from PREP are “On and On” and “Back to You”, which I feel have similar feelings to Futures. Strainful yet beautiful.

Only One by BoA

The song that I stumbled upon through NET.’s Breakout back in 2013 seems to have truly caught my heart. BoA’s vocal skill and stage presence are truly awe-inspiring, especially as she effortlessly hits those high notes while dancing. The inclusion of a male artist from SM Entertainment in the middle of the song must have added an extra layer of magic to the performance. These amazing moments in music really show how talented and creative BoA is and the people who are involved, and they make a lasting impression on the audience. BoA is one of my favorite female artists!

Come Back Home by 2NE1

The combination of the deeply emotional lyrics with the dynamic choreography creates a unique and unforgettable experience for me. The impact of Come Back Home goes beyond just its musicality; it resonates with me on a deeply personal level, stimulating a range of emotions that linger long after the song ends. The nostalgia of discovering the song years after the group disbanded adds another layer of sentimentality, creating a bittersweet connection with the music. It’s proof of the enduring power of music to surpass time and leave a lasting impression on our hearts and minds.

And that’s a wrap, peeps! These songs are like the rockstars of my playlist, and it’s wild how they connect us through feelings. A big shoutout to the artists making these supersonic gems, and to you – the awesome music crew. Keep those tunes loud, and may your playlists stay as vibrant as blackcurrant!

Do you have any similar vibes with these songs? Got your own faves with cool stories? Share the deets in the comments!

Cara Mengganti Rumah Sakit Rujukan dari Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) Menggunakan BPJS

Cara Mengganti Rumah Sakit Rujukan dari Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) Menggunakan BPJS

Halo sobat gembira! Jumpa lagi dengan Danies. Seperti yang pernah saya janjikan di post sebelumnya tentang Pengalaman Berobat ke Psikiater Menggunakan BPJS, kali ini saya mau bahas gimana caranya ganti rumah sakit rujukan dari FKTP menggunakan BPJS.

Selama saya hidup dua setengah dekade, pasti ada aja orang yang gak cocok sama saya, termasuk dalam memilih dokter (secara umum). Dalam hal berobat ke psikiater pun hal ini berlaku. Awalnya saya merasa cocok dengan psikiater di rumah sakit rujukan dari FKTP yang awal sekali, psikiater di poli jiwa salah satu rumah sakit di Jakarta Timur. Namun, hal tersebut hanya bertahan sekitar 6 bulan. Saya juga sempat berhenti paksa selama beberapa bulan karena ketika itu saya merasa baik-baik saja tanpa obat dan konsultasi rutin. Namun, saya mengalami kembali gejala yang pernah saya alami, seperti tidur berkepanjangan, hilang minat pada hal yang saya sukai, dan menarik diri dari lingkungan. Sehingga saya memutuskan untuk kembali ke psikiater.

Hal yang membuat saya merasa kurang cocok dengan psikiater sebelumnya adalah dokternya tidak terlalu detail dalam menjawab pertanyaan saya. Sedangkan, saya butuh jawaban yang detail atas pertanyaan saya mengenai kondisi saya. Langkah pertama adalah saya memperbaharui surat rujukan dari FKTP ke poli jiwa rumah sakit. Saya bertanya ke perawat apakah saya bisa pindah rumah sakit? Ternyata jawabannya bisa. Langsung saja dibuatkan surat rujukan ke poli jiwa salah satu rumah sakit di Jakarta Pusat.

Lucky me, psikiater yang baru (hingga saat ini) mendengarkan keluh kesah saya dengan saksama dan menjawab pertanyaan saya dengan terperinci. Psikiater yang sebelumnya juga aktif mendengarkan, hanya saja kurang detail dalam memberi jawaban atas pertanyaan saya. Saya tidak bermaksud untuk menjelekkan psikiater yang sebelumnya. Saya hanya mengutarakan bahwa ada ketidakcocokan antara kebutuhan saya akan hal detail dengan pelayanan dari psikiater tersebut yang kurang detail.

Dengan psikiater yang baru ini, kurang lebih saya sudah 5 kali konsultasi. Saya sempat diresepkan 2 jenis obat, saat ini salah satu obat tersebut sudah diperbolehkan untuk stop dikonsumsi, dan obat lainnya dikurangi dosisnya. Gejala-gejala yang saya alami juga berangsur berkurang frekuensi dan keparahannya. It means, I am getting better. Hopefully saya bisa sepenuhnya berhenti konsumsi obat-obatan dari psikiater, karena sejujurnya saya cukup lelah mengonsumsi obat-obatan tersebut dan bolak-balik konsultasi hahaha.

Oh iya, surat rujukan berlaku untuk 3 bulan ke depan sejak dibuat, kurang lebih bisa dipakai hingga 3 kali konsultasi (jika konsultasi dilakukan sebulan sekali). Jika ingin konsultasi yang keempat kali dan seterusnya setelah masa berlaku surat rujukan habis, maka surat rujukan perlu diperbaharui di FKTP terlebih dahulu. Selama saya berobat, biaya konsultasi dan obat sepenuhnya di-cover oleh BPJS. Hanya saja pihak farmasi rumah sakit meminta fotokopi KTP ketika saya menerima obat.

Mungkin cukup sekian informasi yang bisa saya bagikan. Jika ada tanggapan atau pertanyaan, silakan sampaikan di kolom komentar. Semoga kita semua selalu dalam kondisi sehat jiwa dan raga. Terima kasih sudah membaca, sampai jumpa di tulisan berikutnya!

Pakansi ke Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda, Bandung, Jawa Barat

Pakansi ke Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda, Bandung, Jawa Barat

Liburan telah usai, tetapi liburanku belum selesai hohoho. Pada tanggal 10 Mei 2022, saya melakukan One Day Trip dari Garut ke Bandung. Sekitar pukul 05.40 WIB, saya sudah sampai di stasiun Garut dan langsung scan barcode tiket yang sudah saya pesan beberapa hari sebelumnya via KAI Access. Kali ini saya naik KA Lokal Garut Cibatuan dari stasiun Garut menuju stasiun Cimekar. Kurang lebih 2 jam 49 menit saya melakukan perjalanan. Ini penampakan dari keretanya:

KA Lokal Garut Cibatuan

Setibanya di stasiun Cimekar, saya dijemput oleh kawan saya. Kami langsung menuju Taman Hutan Raya dengan mengendarai motor, kurang lebih dengan jarak tempuh 20 km. Ini pertama kali saya mengendarai motor di kota Bandung hahaha, lumayan pegal karena di beberapa titik kondisi lalu lintas padat merayap, jalan rusak atau menanjak.

Pintu Masuk Taman Hutan Raya

Begitu tiba di pintu masuk, kami langsung menuju loket untuk membeli tiket masuk. 1 orang dewasa dikenakan tarif Rp12.000 dan 1 motor dikenakan tarif Rp5.000. Harusnya sih totalnya Rp29.000 kan, ya? Tapi kami diminta Rp30.000. Bukan masalah Rp1.000 nya sih, kalau memang tidak ada kembalian harusnya bilang saja, toh? Sebenarnya kami juga ada uang pas. Tapi kami tidak ambil pusing dan langsung masuk saja. Begitu masuk, pengunjung langsung disuguhi peta objek area Taman Hutan Raya. Di bagian belakang tiket juga tertera peta objek tersebut.

Peta Objek Taman Hutan Raya

Di setiap persimpangan juga terdapat papan penunjuk arah dan info jarak tempuh ke lokasi tersebut, sayangnya tidak saya foto. Di area Taman Hutan Raya, spot yang cukup terkenal yakni Gua Belanda dan Gua Jepang. Pertama, saya dan teman saya mengunjungi Gua Belanda. Kami masuk ke gua dengan ditemani pemandu wisata. Pemandu wisata juga memberikan penjelasan mengenai sejarah yang melekat di gua tersebut. Sekitar 10 menit kami berkeliling gua. Begitu keluar gua, kami terkejut karena sebelumnya tidak diinfokan bahwa ada biaya peminjaman senter dan jasa pemandu wisata hehehe. Setiap senter dikenakan biaya sewa Rp5.000 dan satu pemandu wisata dikenakan biaya jasa Rp30.000. Setelah mengunjungi Gua Belanda, kami juga mengunjungi Gua Jepang. Namun, kami tidak masuk ke Gua Jepang karena dikenakan biaya serupa dengan masuk ke Gua Jepang, kali ini terdapat tulisannya jadi tidak memberikan efek kejut bagi pengunjung. Oh iya, ketika masuk ke Gua Belanda, beberapa kali kami melihat kelelawar beterbangan. Suasana di dalam gua terasa sangat adem.

Gua Belanda
Gua Jepang

Setelah dari Gua Jepang, kami berjalan lagi menuju Curug Koleang dengan berjalan kaki sekitar 1,4 km. Berdasarkan informasi dari pemandu wisata di Gua Belanda, jembatan gantung di Curug Koleang sedang diperbaiki. Saya tidak terlalu yakin yang saya datangi itu apa benar Curug Koleang atau bukan karena kami tidak bisa turun untuk menyemplungkan kaki ke airnya, tidak ada akses untuk turun. Atau mungkin memang curugnya tidak untuk disentuh, saya lupa mencari informasi lebih lanjut ke petugas. Karena tidak bisa turun untuk mengakses curug, kami memutuskan untuk pulang. Sebelum pulang, kami mampir terlebih dahulu ke salah satu warung yang menyediakan gorengan. Makan gorengan di hutan (bukan pantun) terasa sangat nikmat, terlebih harga gorengannya hanya Rp1.000 untuk setiap potongnya!

Sepulang dari Taman Hutan Raya, kami mampir ke salah satu tempat makan di daerah Lengkong. Setelah itu, sepanjang jalan pulang kami mencari cimol karena saya sangat ingin makan cimol. Tapi sayangnya belum berjodoh dengan cimol. Setiba di rumah teman saya, saya main dengan salah satu kucing milik teman saya. Rencananya juga mau bermain dengan hamsternya, tapi para hamster tidak menunjukkan tanda-tanda keberadaannya. Saya pun harus kembali ke Garut malam itu juga karena besoknya harus berangkat ke Jakarta. Saya naik KA Lokal Garut Cibatuan lagi dari Cimekar sekitar pukul 20.00 WIB dan tiba di stasiun Garut sekitar pukul 22.30 WIB. Kini saya (semoga) siap kembali menghadapi realitas~

Pengalaman Berobat ke Psikiater Menggunakan BPJS

Pengalaman Berobat ke Psikiater Menggunakan BPJS

Halo sobat gembira! Jumpa lagi dengan Danies. Kali ini, aku mau cerita tentang cara berobat ke psikiater menggunakan BPJS dan sedikit cerita tentang kondisi kesehatan mentalku.

Aku mau jelasin terlebih dahulu bedanya psikiater dan psikolog. Dari segi pendidikan yang ditempuh, psikiater adalah dokter yang mengambil spesialisasi kejiwaan. Sedangkan psikolog adalah sarjana psikologi yang menempuh pendidikan profesi psikolog. Dari segi pelayanan, psikiater berhak memberikan terapi farmakologi (menggunakan obat-obatan). Sedangkan psikolog tidak diperkenankan untuk memberikan obat-obatan. Correct me if I’m wrong yaa.

Aku konsultasi ke psikolog dan psikiater. Awalnya aku hanya pergi ke psikolog karena sering merasa sedih, suka nangis tiba-tiba meskipun lagi duduk manis. Pernah juga tiba-tiba nangis saat makan dan setelah dari kamar mandi. Aku juga sering tidur dengan durasi yang berkepanjangan dalam kurun waktu berhari-hari atau berminggu-minggu. Aku merasa ke psikolog belum memulihkan kondisiku seperti semula, there was something wrong with me. Akhirnya setelah dapat saran dari teman, aku memberanikan diri untuk ke psikiater.

Awalnya aku pergi ke fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) ke poli umum. Dokter umum menanyakan keluhannya apa, aku pun menceritakan kondisiku ke dokter umum. Tidak bermaksud mendiskreditkan profesi dokter umum, tapi aku memang dapat pelayanan yang tidak memuaskan… Aku dibilang kurang ibadah, kafir, dan dokter umumnya bilang aku ga boleh nangis. Punten… aku juga ga mau nangis, but the tears just came out uncontrollably. Buat teman-teman yang mau akses layanan kesehatan mental, memang perlu persiapkan diri kalau dapat stigma atau perlakuan tidak menyenangkan seperti yang diriku alami. Setelah konsultasi dengan dokter umum, aku dapat surat rujukan ke poli jiwa salah satu RS di Jakarta Timur.

Sebagai langkah awal, jangan lupa siapkan fotokopi surat rujukan, fotokopi kartu BPJS, dan fotokopi KTP. Aku menuju ke bagian pendaftaran dan menyerahkan berkas. Setelah itu aku menunggu giliran dipanggil. Karena aku pasien baru, aku diharuskan mengisi data diri dan melakukan skrining berupa cek tekanan darah dan menjawab beberapa pertanyaan dari perawat. Setelah itu, aku menunggu lagi untuk bertemu dengan psikiater. Konsultasi berlangsung sekitar 10 menit, kemudian psikiater memberikan aku resep yang harus ditebus di bagian farmasi. Aku menunggu lagi untuk mendapatkan obat. Aku mulai terapi ke psikiater November 2020 dan masih berlangsung hingga saat ini. Namun, aku sempat ganti psikiater satu kali. Penjelasannya akan aku ceritakan di next post yaa.

Surat rujukan berlaku 3 bulan, kurang lebih bisa untuk 3 kali berobat ke RS rujukan. Kalau masa berlaku surat rujukan habis, maka perlu diperbaharui terlebih dahulu baru bisa melanjutkan terapi ke RS rujukan. Memperbaharui surat rujukan kembali ke langkah awal berobat ke poli umum di FKTP terlebih dahulu. Selama terapi, saya tidak mengeluarkan uang sepeser pun. Terima kasih BPJS. So, itu ceritaku saat berobat ke psikiater menggunakan BPJS. Kalau teman-teman merasa tidak baik-baik saja, it’s really OK to seek for professional help. That’s all from me, see you on the next post!

Belajar dari Kader Posyandu dan Ibu dengan Balita Stunting

Belajar dari Kader Posyandu dan Ibu dengan Balita Stunting

Halo sobat gembira! Bagaimana kabarnya? Semoga dalam keadaan sehat dan bahagia selalu yaa! Saya mau berbagi kabar bahagia dulu nih. Saya sudah melaksanakan sidang skripsi dan yudisium. Horeee! Di postingan kali ini, saya akan sedikit menceritakan pengalaman saya saat berbincang dengan narasumber penelitian yakni kader posyandu dan ibu dari balita stunting. Penelitian saya berjudul “Strategi Kader Posyandu dalam Penanganan Stunting di Wilayah Kelurahan Kampung Rawa”.

Poster hasil penelitian “Strategi Kader Posyandu dalam Penanganan Stunting di Wilayah Kelurahan Kampung Rawa”

Apakah kamu pernah dengar istilah stunting?

Kalau ya, mungkin kamu tidak asing dengan pengertiannya. Bagi yang baru pertama kali tahu, jangan khawatir karena saya akan beri sedikit penjelasan. Stunting (sering disebut juga dengan istilah kerdil atau pendek) adalah kondisi seorang anak di bawah lima tahun yang bertubuh lebih pendek dibanding dengan anak seusianya. Penyebab utama stunting adalah masalah kekurangan gizi pada anak sejak dalam kandungan hingga usia 24 bulan atau yang biasa disebut dengan 1000 Hari Pertama Kehidupan. Itu lah bunda alasan pentingnya mengonsumsi makanan bergizi saat hamil dan memberikan ASI bagi bayi agar bayi tidak kekurangan gizi. Dampak jangka pendek dari stunting yakni terhambatnya pertumbuhan yang ditandai dengan tubuh yang pendek, serta gangguan perkembangan otak. Kalau udah sekolah nanti, anak yang stunting cenderung akan tertinggal dibanding teman-temannya yang tidak stunting. Terus dampak jangka panjangnya, kalau dewasa nanti akan berisiko lebih besar terkena penyakit tidak menular seperti strok, diabetes, dan tekanan darah tinggi. Ngeri kan 😦

Selain penyebab utama, tentu ada penyebab lainnya antara lain akses keluarga yang terbatas ke pelayanan kesehatan yang memadai dan tingkat pengetahuan ibu mengenai gizi yang rendah. Makanya ga jarang penelitian-penelitian dari instansi pendidikan tertentu melakukan edukasi ke orang tua mengenai gizi karena memang penting. Tujuan dari edukasi tersebut adalah untuk membangun kesadaran dan diharapkan akan membawa ke perubahan perilaku ke arah yang lebih baik.

Bagaimana kader posyandu mendeteksi balita yang stunting?

Kader posyandu dan tenaga kesehatan puskesmas kelurahan setempat bekerja sama untuk menangani kasus stunting di wilayah kerjanya. Langkah-langkah yang dilakukan yakni pertama kader melakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan balita setiap bulan. Kemudian, data pengukuran dilaporkan ke puskesmas kelurahan. Nantinya oleh penanggung jawab (PJ) gizi kelurahan, data tersebut dianalisis menggunakan antropometer. Jika ada anak yang terindikasi stunting, maka PJ gizi kelurahan akan menginformasikan ke kader posyandu agar orang tuanya membawa anak tersebut ke puskesmas kelurahan. Di puskesmas kelurahan, anak tersebut diukur ulang tinggi dan berat badannya. Jika benar mengalami stunting, maka anak tersebut diberi makanan tambahan pemulihan berupa biskuit dan susu serta perlu dipantau secara berkala.

Bagaimana tingkat kesadaran dan pengetahuan ibu balita mengenai kondisi balitanya?

Tingkat pengetahuan yang kurang ditunjukkan oleh kedua orang tua balita stunting yang merupakan narasumber penelitianku. Ibu A mengaku kalau ia baru tahu sedang mengandung janinnya ketika usia kandungannya menginjak 6 bulan. Di awal trimester kehamilan, dia tidak merasakan mual muntah (morning sickness) seperti ibu hamil pada umumnya. Ibu A juga sudah menuju menopause dan tidak menggunakan kontrasepsi, jadi dia berpikir bahwa dirinya sudah menopause dengan umur yang sudah di angka 40-an dan tidak akan hamil lagi. Sedangkan kalau ibu B, beliau merasa baik-baik saja saat hamil. Namun, faktanya anaknya mengalami stunting. Bisa jadi ibu B kekurangan nutrisi saat mengandung janinnya. Dari kejadian tersebut, kita bisa ambil pelajaran kalau penting untuk meningkatkan kesadaran akan tubuh diri sendiri, terutama mengenai kesehatan reproduksi.

Kesadaran untuk membawa buah hatinya ke puskesmas kelurahan untuk ditindak lebih lanjut telah ditunjukkan oleh ibu A, namun tidak dengan ibu B. Ibu A rutin memenuhi panggilan puskesmas untuk membawa anaknya ke puskesmas, serta tumbuh kembang anaknya terdokumentasi dengan lengkap di buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Sedangkan, ibu B tidak pernah membawa anaknya ke puskesmas kecuali jika sakit, serta tumbuh kembang anaknya tidak terdokumentasi dengan lengkap di buku KIA, bahkan sampul bukunya saja entah ke mana. Aku bisa paham kondisi ibu B dengan anak yang jarak lahirnya berdekatan memungkinkan dirinya perlu membagi fokus pada anak-anaknya, tidak bisa terpusat pada anaknya yang stunting saja. Sedangkan ibu A bisa fokus mengurus anaknya yang stunting karena balitanya merupakan anak terakhir dan jarak lahir dengan anak sebelumnya cukup jauh. Dari kejadian ini, kita bisa ambil pelajaran untuk merencanakan kehamilan dengan jarak umur yang cukup, serta pentingnya dokumentasi tumbuh kembang balita karena masa awal kehidupan merupakan periode emas yang tidak bisa diulang. Jika kita kehilangan momen anak pada periode emas ini, maka akan berdampak pada masa depan anak.

Apa yang bisa dilakukan wanita untuk mencegah stunting?

Stunting bukan lah penyakit yang dapat disembuhkan, namun kondisi yang dapat dicegah. Sebagai wanita yang punya keistimewaan untuk mengandung janin, ada hal-hal yang bisa dilakukan untuk mencegah stunting. Pertama, tingkatkan kesadaran dan pengetahuan mengenai pemenuhan gizi seimbang dan kesehatan reproduksi. Kedua, konsumsi makanan yang bergizi, bisa dengan metode isi piringku yang dikeluarkan oleh Kemenkes RI. Ketiga, mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah makan. Eits, bukan karena pandemi aja ya kita perlu cuci tangan pakai sabun! Yang keempat dan seterusnya, khusus bagi yang sudah punya anak yaa, tapi yang belum punya anak tetep bisa baca untuk pengetahuan hehehe. Keempat, beri bayi air susu ibu (ASI) eksklusif sejak lahir hingga usia 6 bulan. Nah, ketika sudah menginjak usia 6 bulan, selain ASI juga perlu diberi Makanan Pendamping ASI (MP-ASI). Last but not least, pantau pertumbuhan dan perkembangan bayi serta didokumentasikan dalam buku KIA.

Saya juga membuat poster hasil penelitian yang bisa teman-teman akses di sini. Teman-teman dipersilakan untuk membagikan poster tersebut ke keluarga atau teman kalian dan bisa mention saya @danconns baik di Twitter maupun Instagram. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi teman-teman pembaca. Sampai jumpa di tulisan selanjutnya!

Referensi

Azrimaidaliza, Khairany, Y., & Putri, R. (2020). Edukasi ibu hamil dan anak balita dalam upaya pencegahan stunting di wilayah kerja Puskesmas Pauh Kota Padang. Buletin Ilmiah Nagari Membangun. http://buletinnagari.lppm.unand.ac.id/index.php/bln/article/view/2
72/99

Mirawati, W., Aritonang, I., & Wijanarka, A. (2019). Edukasi gizi konsumsi makanan dan aktivitas fisik melalui media video terhadap pengetahuan, sikap, dan perilaku mahasiswa obesitas di Poltekkes
Kemenkes
. http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1145/

World Health Organization. (2014). Global nutrition targets 2025: Stunting policy brief. https://apps.who.int/iris/handle/10665/149019

World Health Organization. (2015). Stunting in a nutshell. https://apps.who.int/nutrition/healthygrowthproj_stunted_vide
os/en/index.html

My Yoga Journey

My Yoga Journey

Hello happy people!

I wanna share about my yoga journey in this post. One day in the middle of June 2020, I got pain on my neck and shoulder because I was trying new exercise. It has shorter duration than the exercise I did before, which I thought it could be easier, although it was harder and more challenging. Then I searched on YouTube how to release neck and shoulder tension, and I found this video from Yoga With Kassandra YouTube channel. It helped me in releasing the tension of my neck. I took a look of her channel and lucky me I found 30 days morning yoga challenge. Without any hesitation, I subscribed the newsletter to jump into the challenge.

Morning Yoga Movement by Yoga With Kassandra

The first day was on June 18th 2020, the practice took around 10 minutes each day. After finishing the challenge, I felt so proud of myself hahaha. Like, oh my god, I really made it. I decided to add yoga practice as one of my daily routines. Mostly I do yoga in the morning before starting the day and sometimes in the evening before going to bed.

I challenged my body with beginner level practice. One day, I met pigeon pose, this pose is aimed to open the hips. On the first try of pigeon pose in yin yoga, it was painful and really uncomfortable. But now, pigeon pose in one of my favorite poses!

Pigeon Pose

I found that yoga brings advantage for my body and soul. I feel healthier and happier. Now I can take the practice up to 60 minutes. Occasionally I join online or offline yoga class. I don’t know why after taking online/offline class with yoga teacher, my body must sore the day after. May because of the teacher corrects my pose, so the joints, nerves, and muscles work properly.

If you guys are interested to do yoga, you can try morning yoga movement and evening yoga movement by Yoga With Kassandra.

Evening Yoga Movement by Yoga With Kassandra

So, that’s all from me. I hope you’ll find it helpful. Thank you for reading!

For the Person whom I Won’t Meet Again

For the Person whom I Won’t Meet Again

I can’t feel the anger anymore
or the madnesss
because the feelings have exceeded the limit

until

I’ve reached the point that I don’t care about you
anymore (I wish so)
Even when I hear your name is mentioned by the others
or I see your name on my phonebook

I’m sorry I need to mute the notification that comes from your messages
(but still, I’m waiting for your messages)

Can I let you go?

Inspired by: Lightspace – For the Person I Won’t Meet Again

HP Lowbatt dan Gak Bawa Power Bank? ReCharge Aja!

HP Lowbatt dan Gak Bawa Power Bank? ReCharge Aja!

Sore ini saya pergi ke Green Pramuka Square untuk menonton film Keluarga Cemara di CGV bersama teman saya. Kami datang sekitar pukul 16.53 dan film yang ingin kami tonton tayang pukul 19.35. Ya, kami perlu menunggu sekitar dua setengah jam hahaha!

Ketika sedang asyik mengobrol dan berkeliling, teman saya panik panik ajaib karena HP-nya lowbatt dan dia tidak membawa power bank atau pun charger. Untungnya, kami bertemu dengan sekotak mesin yang menyewakan power bank. WOW! Kami terkejut dengan adanya mesin tersebut. Kami pun langsung menghampiri mesin tersebut dengan segera.

Segera saya install aplikasi ReCharge: Power on the Go di HP saya dan mendaftarkan akun saya. Untuk menyewa power bank, saya harus top-up saldo terlebih dahulu. Untung saja ada mas-mas penjaga mesin ReCharge yang bisa mentransfer saldo ke akun saya. Voila! Charger pun keluar dari mesin tersebut.

Biaya sewa power bank ini sangat ekonomis, yakni Rp 3.000 rupiah per 3 jam! Untuk mengembalikannya, kita tidak perlu kembali ke mesin ReCharge yang meminjamkan tadi melainkan bisa di mesin ReCharge di mana saja yang terdekat dari kita.

Tertarik untuk mencoba?

Dari Jiwa Untuk Raga

Dari Jiwa Untuk Raga

Kepada raga yang dilalaikan oleh jiwa
Terima kasih karena masih sanggup bertahan
dengan segala kemampuan yang ada

Kepada raga yang dilalaikan oleh jiwa
Mohon maafkan jiwamu yang kurang memperhatikan raganya
bahkan kau hampir tidak dipelihara

Kepada raga yang dilalaikan oleh jiwa
Ku dengar kepalamu terasa bagaikan diimpit
dari berbagai sisi dengan buah durian
Benarkah demikian?

Kepada raga yang dilalaikan oleh jiwa
Ku dengar punggungmu terasa bagaikan memikul
satu karung beras lima puluh kilogram
Benarkah demikian?

Kepada raga yang dilalaikan oleh jiwa
Ku dengar kakimu terasa bagaikan menyusuri jalan
setara jarak Bundaran Hotel Indonesia dengan Stadion Utama
Gelora Bung Karno
Benarkah demikian?

Kepada raga yang dilalaikan oleh jiwa
Tolong bantu jiwamu melakukan improvisasi
Tolong bantu jiwamu melakukan inovasi

Kepada raga yang dilalaikan oleh jiwa
Bisakah kau menolong jiwamu untuk kembali menaruh perhatian padamu?

Menyukseskan VS Mensukseskan

Menyukseskan VS Mensukseskan

Kami siap menyukseskan Asian Games 2018

Kami siap mensukseskan Asian Games 2018

Sering melihat kalimat tersebut di jalanan Jakarta? Saya pun demikian.

Pernah kah terlintas pertanyaan, “Mengapa ada yang menulis mensukseskan, ada pula yang menulis menyukseskan? Yang benar yang mana, ya?” di benak Anda?

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sukses berarti berhasil; beruntung. Setiap kata yang berawalan huruf k, t, s, dan p apabila diberi awalan me-, maka huruf-huruf tersebut akan melebur. Sehingga, kata turunan yang tepat dari sukses adalah menyukseskan.

Ya, walau Asian Games ke-18 sudah berlalu, namun saya hanya ingin menyampaikan informasi yang saya tahu. Mungkin sebagian orang berpikir, “Kan hal kecil, ya gapapa lah.” Justru, hendaknya kita tidak meremehkan hal kecil sedikit pun.